Renungan: Kedewasaan Rohani - 1 Korintus 3:1-9 (2021-2022)
Syalom..
Kedewasaan rohani saya gambarkan seperti pribadi seseorang yang umurnya sudah tua, namun jika kita melihat tentang kehidupannya ia masih seperti anak-anak. Ia tidak menunjukkan sikapnya sebagai orang dewasa.
Demikian juga dengan kualitas kerohanian seseorang. Jika ditinjau dari segi waktu ia sudah layak menjadi seorang pengajar, pendidik, pembimbinan kerohanian bagi umat Tuhan. Namun yang terjadi adalah tidak menghasilkan buah. Apakah seperti itu juga dengan kualitas kerohanian kita?
Hal ini juga terjadi di jemaat Korintus, Paulus mengucap syukur kepada Tuhan karena jemaat Korintus ini mereka sudah jadi kaya dalam segala hal; dimulai dari perkataan dan pengetahuan (1 Kor.1:5). Tetapi mereka masih belum dewasa rohani.
Dengan demikian seperti apakah kurangnya kedewasaan Rohani yang dijelaskan dalam 1 Korintus 3:1-9 ?
Adapun kebenaran firman Tuhan mengenai kurangnya kedewasaan rohani yaitu sebagai berikut ini:
1. Susah Untuk Mengerti Perkataan Rohani (ay.1)
Disini Paulus mengatakan dalam suratnya, pada waktu ia menginjil di jemaat Korintus ia tidak bisa berbicara kepada mereka yang bersifat rohani, karena mereka masih belum dewasa di dalam Kristus. Misalkan melarang, menegur, menasehati untuk kembali dijalannya Tuhan.
Jika kita melihat dalam sejarah bahwa sebelum Injil masuk di jemaat Korintus mereka ini adalah orang-orang penyembah berhalal. Sehingga itulah yang menjadi tantangan bagi Paulus menghadapi mereka sebab hidup mereka masih manusia duniawi.
Namun, setelah mereka percaya kepada Kristus, hidup mereka masih belum dewasa rohani. Hidup mereka masih mencerminkan kehidupan manusia duniawi. Padahal mereka adalah ciptaan baru di dalam Kristus. Bagaimana dengan kita saat ini, kedewasaan rohani tidak ditentukan usia, jabatan, pengetahuan akan firman Tuhan. Kedewasaan rohani nyata dalam kehidupannya nilai-nilai pribadi Kristus.
2. Kualitas Kerohaniannya Tidak Ada (ay.2)
Pada ayat ke 2 ini Paulus mengatakan, mereka ini masih belum siap menerima makanan keras melainkan hanya susu. Paulus memberikan gambaran kualitas kerohanian jemaat Korintus seperti orang-orang yang tidak bisa makan makanan yang keras. Namun yang mereka hanya bisa konsumsi makanan bayi yaitu susu.
Melalui kebenaran firman Tuhan ini kita bisa melihat kualitas kerohanian jemaat Korintus. Pantas ada perpecahan di Jemaat Korintus karena kualitas kerohanian mereka seperti anak kecil.
Demikian juga dengan kehidupan kita saat ini bila kualitas kerohanian kita tidak ada. Maka peristiwa yang terjadi di jemaat Korintus akan terjadi pada masa kini. Jika memperhatikan kondisi gereja masa kini masih saja ada komunitas-komunitas Kristen mengalami perpecahan.
Akibatnya saling menghina, mengejek, membeda-bedakan satu dengan yang lain. Padahal kita ini adalah satu tubuh di dalam Kristus. Artinya kita ini saling membutuhkan dan saling mendukung, sebab Kristus adalah kepala.
3. Sifatnya Masih Seperti Manusia Duniawi (ay.3-4)
Lebih lanjut lagi Paulus secara terang-terangan mengatakan kepada jemaat Korintus "kamu manusia duniawi". Padahal kalau kita baca di pasal 1:2 mereka ini adalah orang-orang Kudus yang dikuduskan oleh Allah. Namun sikap mereka tidak mencerminkan sebagai orang-orang Kudus, melainkan pribadi-pribadi manusia duniawi.
Kasus yang terjadi di jemaat Korintus bukan hanya masalah perpecahan, melainkan ada kasus yang lebih parah lagi yaitu percabulan, ada juga yang tidur dengan isteri ayahnya (1 Kor.5:1). Padahal mereka ini adalah orang-orang kudus dihadapan Allah.
Pada pasal 3 ini kita bisa mengetahui alasan Paulus mengatakan kepada mereka "kamu manusia duniawi" sebab ada yang iri hati, berselisih, masih membeda-bedakan satu dengan yang lain, suka mengagumi para hamba Tuhan.
Sikap seperti itu tidak menujukkan sikap sebagai manusia baru melainkan manusia lama atau manusia duniawi. Demikian juga dengan kehidupan kita saat ini bila kita masih iri hati, mudah marah, susah mengampuni, bertengkar dan membeda-bedakan satu dengan lain (saya aliran Pentakosta, Karismati, Reformed, Protestan, dan Katolik). Melalui tindakan-tindakan seperti itu menunjukkan pribadi-pribadi manusia lama.
Melalui kebenaran firman Tuhan ini mengajak kita sebagai umat Tuhan agar kita terus dewasa di dalam Kristus. Dewasa di dalam Kristus bukan dari status, pengetahuan, dan pengalaman yang kita peroleh sebagai tolak ukur kualitas kerohanian kita. Namun kedewasaan kita di dalam Kristus terbukti dalam kehidupan kita setiap hari. Amin…
Jika saudara mendukung blog renungan ini, ayo kasih komentarmu di kolom kementar supaya penulis dapat mengetahui apa lagi yang kurang. TYM kita semua…
0 Komentar