Selamat datang di blog saya dan kali ini penulis menuliskan Tafsiran Kitab Matius 9:14-17. Dengan demikian berikut inilah Tafsiran Kitab Matius 9:14-17:
Ayat 14. Di dalam ayat 4-6 Yesus sudah berdiskusi dengan ahli-ahli Taurat, dan dalam ayat 12 dan 13 dengan orang Farisi. Jarang disebut diskusi dengan suatu golongan yang lain lagi yaitu murid-murid Yohanes Pembaptis.
Pada waktu itu Yohanes Pembaptis sudah dalam penjara, dan ia tidak akan bisa keluar lagi (Mat.4:12). Rupanya ada beberapa muridnya tetapi berupa suatu persekutuan; mereka mengikuti kebiasaan orang Farisi untuk berpuasa. Dalam PL hanya hari Grafirat (Perdamain) Besar ditentukan sebagai hari puasa, tetapi orang Farisi seringkali berpuasa; ada orang Farisi yang berpuasa setiap hari. Dalam PL puasa adalah tanda kesedihan atas dosa-dosa yang sudah dilakukan, tetapi orang Farisi mulai menganggap puasa sebagai amalan untuk memperoleh keselamatan.
Apa sebabnya murid Yohanes pembaptis berpuasa tidak dapat dipastikan lagi; mungkin mereka dipengaruhi oleh pendapat orang Farisi bahwa puasa berarti mengumpulkan amalan; mungkin juga keinginan mereka untuk berpuasa bertambah karena mereka sedih, sebab gurunya, Yohanes Pembaptis dikurung dalam penjara.
Mereka heran bahwa Yesus dan murid-murid-Nya tidak berpuasa pada hari-hari tertentu. Dapat dikatakan bahwa pada zaman itu berpuasa sudah menjadi ciri khas pada zaman itu. Murid-murid Yohanes tahu bahwa Yesus menghendaki agama yang sungguh. Sebab itu mereka heran bahwa Yesus tidak mengajarkan kepada murid-murid-Nya supaya sering berpuasa. Untunglah mereka bukan memikirkan hal itu dalam hati saja, melainkan bertanya dengan terus terang: "mengapa kami dan orang dikatakan bahwa orang Farisi juga mengajukan pertanyaan itu. Pertanyaan itu memberikan kesempatan kepada Yesus untuk memberikan keterangan.
Ayat 15. Apabila orang Yahudi berdiskusi, maka seringkali suatu pertanyaan dijawab dengan suatu pertanyaan pula. Yesus bertanya "Dapatkan sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama dengan mereka? Di Isreal pernikahan dirayakan secara besar-besaran. Bilamana seorang gadis menikah, maka pesta diadakan selama tujuh hari (apabila seorang janda menikah lagi, selama tiga hari). Setiap hari datanglah tamu yang baru; tetapi beberapa orang yang dipilih untuk berfungsi sebagai "sahabat-sahabat mempelai laki-laki" harus hadir selama tujuh hari pesta itu dan harus menjadi pelopor-pelopor dalam kegembiraan. Memang 'sahabat-sahabat mempelai laki-laki" tidak bias berpuasa.
Tuhan Yesus memaksudkan bahwa, sejak Ia tampil, masa kegembiraan sudah mulai.
Sejak awal pemberitaan Injil, kabar baik itu; dosa-dosa diampuni (ayat 2); setan-setan diusir (8:32); dan orang sakit ditolong (8:16); dan nanti pada hari Pentakosta, Roh Kudus akan dicurahkan juga. Bukankah itu masa pesta?
Sampai sekarang orang yang dengan kepercayaan yang benar hidup dekat kepad Yesus, hidup dengan gembira (Flp.4:4); "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan" yaitu dalam Tuhan Yesus); berpuasa setiap minggu (dengan cara Farisi) tidak cocok dengan kegembiraan itu.
Ada kemungkinan bahwa pada zaman Tuhan Yesus perkataan-perkataan "selama kita bersama-sama dengan mempelai tidak mungkin berpuasa" dipakai sebagai pepatah.
Dengan demikian "mempelai laki-laki" Tuhan Yesus memaksudkan Dia sendiri. Tetapi Ia tidak mengungkapkan hal itu dengan jelas, sehingga banyak orang yang mendengarkan kata-kata Tuhan Yesus itu tidak mengerti maksud tersebut. Menurut pendapat Prof. J Jeremias; pendengar-pendengar menganggap kata-kata "selama mempelai laki-laki hadir" hanya sebagai suatu rumusan untuk "pesta gembira".
Kristus melanjutkan (ayat 15b) "waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itu mereka akan berpuasa", artinya pengikut-pengikut Kristus akan berpuasa oleh sebab kesedihan, pada waktu Yesus disalibkan sampai pada hari kebangkitan-Nya. Ada ahli-ahli yang berpendapat bahwa kalimat itu merupakan suatu keterangan, yang ditambahkan oleh jemaat Kristen di kemudian hari; jadi tidak langsung berasal dari Kristus. Tetapi ahli-ahli yang lain beranggapan bahwa kata-kata ini betul dari Yesus, sebab Yesus seringkali menyebut kematian-Nya dengan kata-kata yang agak tersembunyi (bnd. Mat.12:40), seperti pada ayat ini juga. Patutlah kita memperhatikan dua hal lagi:
1) Apabila Tuhan Yesus mengatakan bahwa pengikut-pengikut-Nya tidak usah berpuasa, maka Ia hanya membuang peraturan-peraturan orang Farisi, dan bukan Perjanjian Lama, sebab dalam Perjanjian Lama tidak ada perintah tentang puasa setiap minggu.
2) Dari dalam "Khotbah di Bukit (Mat.6:16-18) menjadi jelaslah bahwa puasa tidak dilarang Yesus. Hanya pola hidup dengan hanyak puasa itu, tidak sesuai dengan kegembiraan Kristen.
Ayat 16-17. Dengan dua perumpamaan Yesus menerangkan bahwa pola hidup Farisi, dengan banyak puasa itu, tidak dapat digabungkan dengan pola hidup Kristen. Sepotong kain yang belum susut tidak boleh dijahit (ditambahkan) pada baju yang tua; apabila baji itu dicuci, maka kain yang baru itu akan menyusut (artinya akan menjadi lebih kecil), sehingga robeklah baju itu, Dan air anggur yang baru, yang masih memuai (fermentif, beragi), tidak boleh diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, yang sudah menjadi keras dan tidak bisa mengembang lagi. Kantong-kantong yang itu akan robek-robek sebab "kekuatan" air anggur yang memuai dan mengembang itu.
Maksud Tuhan Yesus jelas: agama Kristen tidak dapat "dikurung" dalam peraturan-peraturan orang Yahudi. haruslah dibentuk suatu pola hidup yang Kristen.
Hal itu dapat dikenakan juga kepada usaha untuk menggabungkan kehidupan Kristen dengan beberapa macam adat tua di Indonesia penggabungan adat tua dan agama Kristen seringkali gagal dan mempunyai akibat yang tidak baik.
Daftar Pustaka:
J.J.de Heer, Tafsiran Alkitab: Injil Matius pasal 1-22, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009)
0 Komentar