Penjelmaan Allah Menjadi Manusia

 







Penjelmaan (Inkarnasi) Allah
Menjadi Manusia

Agar salib sungguh dapat menjadi kenyataan, maka Allah harus menjelma menjadi manusia. Penjelmaan Allah, inkarnasi, adalah dasar bagi salib dan kebangkitan. Apabila Allah dalam Yesus tidak menjadi manusia, maka jurang pemisah antara Allah dalam Yesus tidak pernah dapat dijembatani. Baru melalui penjelmaan menjadi manusia ini, kita dapat memasuki suatu hubungan dengan Allah yang dapat diandalkan. Yesus adalah titik kontak tersebut.

Kalau kita melihat Yesus, kita melihat Allah. Dia adalah kedua-duanya, manusia sejati dan Allah sejati. Bagaimana hal ini dapat dimengeri? Saya akan berusaha menjelaskan dengan sebuah gambaran: Cobalah kita membayangkan sebuah dunia yang hanya terdiri dari dua dimensi, yaitu panjang dan lebar. Makhluk-makhluk dunia ini hanya bersifat dua dimensi, sehingga hanya bergerak ke sana kemari dalam dunia datar bagi mereka, tetapi tidak ke atas, karena dimensi ketiga ini tidak ada bagi mereka.

Jika  sekarangan ada makhluk datang dari sebuah dunia  yang bercirikan tiga dimensi, misalnya seorang manusia, masuk ke dalam dunia mereka, maka mereka hanya dapat melihat dan mengertinya secara dua dimensi. Bagi  mereka makhluk baru ini, yaitu misalnya manusia dalah identic dengan ukuran telapak kakinya yang dua dimensi. Karena hanya itulah yang dapat melihat. Dan tentulah anggapan mereka adalah benar, karena memang benar demikianlah manusia terlihat secara dua dimensi. Tetapi dia sebenarnya jauh lebih daripada yang dapat mereka pahami dalam dunia mereka yang terbatas itu. mereka dapat memahami apa yang berada di titik temu dimensi mereka tersebut. Mengenai apa yang di luar itu, mereka tidak bisa mentakan apa-apa, karena itu melampaui jangkauan cakrawala mereka.

Pemikiran ini tidaklah bertujuan membuktikan penjelmaan Allah menjadi manusia, tetapi hanyalah sebuah bantuan untuk mengerti mengenai apa yang terjadi dalam Yesus: Allah yang kekal merendahkan diri-Nya ke dalam dunia kita yang terbatas dalam dimensi ruang dan waktu.

Itulah keinginan-Nya: berkomunikasi dengan manusia. Dia sedemikian merendahkan diri-Nya, sehingga dapat dikatakan Dia menanggalkan keilahian-Nya. Dia sebegitu menyamakan diri-Nya dengan manusia, sehingga Dia menjadi sama dengan salah satu dari kita. Dia "mengosongkan" diri dari kemahakuasaan dan kemuliaan-Nya sampai hampir-hampir tak dikenal lagi.

Dan meskipun demikian banyak orang dulu saat mereka bertemu dengan Yesus dapat dimengertiNya: di sini ada yang lebih dari seorang manusia.  Di sini akhirnya adalah Allah sendiri, yang dapat memahaminya. Perkataan Allah ini dapat dipercayai dan tetap: "Berulang kali dan dalam berbagai cara Allah telah berbicara kepada nenek moyang kita, dengan perantaraan nabi-nabi. Tetapi pada zaman akhir ini, Ia telah berbicara kepada kita melalui Dia, Anak-Nya.

Anak-Nya adalah rupa gambar sempurna cahaya kemuliaan Allah, wujud terdalam hakikat-Nya (Ibr.1:1-3). Semua penulis Perjanjian Baru sependapat: Dalam Yesus, Allah telah satu kali untuk selamanya menyatakan diri-Nya sejelas-jelasnya. Jendela yang terbuka kepada Allah. Surga tidak lagi tertutup. Kemuliaan Allah dalam Yesus telah memasuki dimensi kita yang  terbatas, Jalan sekarang terbuka.

Posting Komentar

0 Komentar