Makalah Tentang Kitab Yeremia

 

BAHAN MAKALAH UNTUK  KITAB YEREMIA

Pendahuluan

Kitab Yeremia merupakan suatu biografi kehidupan dan pelayanan seorang nabi besar di Yehuda dalam suatu zaman kegelapan. Dia dipanggil sebagai nabi selama pemerintahan Yosia, raja Yehuda yang baik, yang terakhir memerintah bangsa Israel. Raja Yosia dan nabi Yeremia menjadi pasangan yang serasi dalam mengusahakan feformasi di tengah-tengah situasi yang dialami oleh bangsa Israel. Tetapi reformasi yang dikenal dengan reformasi Yosia tidak dapat membendung arus kemurtadan bangsa Israel yang mengalir terus sampai kepada empat raja yang memerintah sesudah dia.

Umat Israel bertumbuh dalam pemberontakan dan kemerosotan moral, iman dan situasi ini lebih berbahaya jika dibandingkan dengan zaman sebelum pembuangan (3:11). Mereka telah menyeleweng dari ibadah yang benar kepada Allah kepada ilah-ilah asing. Karena menolak untuk bertobat atau mendengarkan suara nabi Allah, maka Allah harus mengobati mereka dengan cara pembedahan yang sangat radikal.

Yeremia menproklamirkan tentang penghakiman atas bangsa itu secara bertubi-tubi, Allah akan memakai Babel sebagai alat penghakiman-Nya. Kitab ini mencatat bangsa-bangsa sebayak 164 kali lebih daripada kitab-kitab yang lain. Yeremia setiap untuk mempromairkan penghukuman Allah atas pemberontakan Yehuda selama 40 tahun. Untuk berita yang disampaikan, Yeremia harus mengalami berbagai penderitaan, dia dipukuli, dikucilkan dan dipenjara Yeremia sering kali ingin berhenti dari tugasnya sebagai seorang nabi karena berita yang disampaikannya serta sambutan orang-orang yang tidak mau berita itu. Tetapi Yeremia tetap teguh untuk menyampaikan berita itu sampai perjuangannya yang terakhir Yeremia menjadi nabi yang meratap (9:1; 13:17), kesepian, ditolak dan dianiaya.


Latar Belakang

Panggilan Yeremia datang pada waktu yang sangat strategis. Yosia sudah sudah naik takhta Yehuda pada usia delapan tahun, tetapi ketika dia mencapai usia dua puluh tahun (628). Dilaporkan bahwa ia mulai membersikan Yehuda dan Yerusalem daei penagaruh penyembah kafir (II Taw.34:3-7). Panggilan Yeremia terjadi beberapa waktu sesudah itu, pada tahun 627 SM, yang juga merupakan tahun wafat raja Asyur. Peristiwa ini menyebabkan pendirian pemerintah Babilonia yang merdeka pada tahun berikutnya, tahun 626 SM. Negara Babilonia ini bertumbuh menjadi kerajaan yang akhirnya menelan Yehuda dan Yerusalem, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman Tuhan melalui Yeremia. Sebagai akibatnya, saat panggilan Yeremia merupakan masa bahaya, karena musuh yang baru mulai menampakkan diri.

Karena ternyata, pengharapan itu tak lama bertahan, karena pengharapan itu tak lama bertahan, karena pembaharuan oleh Yosia berakhir pada waktu dia terbunuh dalam pertempuran melawan Mesir di dataran dekat Magido. Selama dua puluh lima tahun yang masih sisa dari Negara Yehuda yang merdeka, putra-putra Yosia hanya memerintah atas kerajaan itu.

Sesudah Babilonia menanggulingkan kerajaan Asyur, Yehuda sekali lagi berada di bawah control yang ketat dari sebuah kekaisaran timur. Karena tidak puas menjadi Negara taklukan, Yehuda berulangkali terperosok ke dalam persekolan, yang pasti mengalami kegagalan, yang membawa pada kehancuran terakhir Yerusalem pada tahun 586 SM oleh oleh Nebukadnezar, yang menganggap kota tersebut secara politis tidak dapat dibarui.Yehuda sudah membuktikan bahwa secara rohani mereka tidak dapat dibaharui.  Selama seluruh periode yang tragis ini, Yeremia terus-menerus mengumumlan firman Tuhan.

Di samping penghancuran kota dan Bait Suci, Negara Yehuda juga dilumpuhkan karena penduduknya dideportasi. Deportasi tahap pertama terjadi pada tahun 597 SM, ketika Yoyakim memberontak, maka Yoyakhin, putranya dibawa ke Babilonia pada waktu itu, bersama dengan Nabi Yehezkiel. Sekalipun pernyataan dari beberapa nabi di Yehuda yang mengatakan bahwa ini merupakan puncak dari hukuman Tuhan dan bahwa sesudah itu situasi akan menjadi lebih baik, Yeremia tetap mempertahankan bahwa hukuman yang lebih baik, Yeremia tetap mempertahankan bahwa hukuman yang lebih buruk dari itu masih akan terjadi. Menyedihkan sekali, nubuat Yeremia benar-benar terbukti ketika pada tahun 589 SM Zedekia memberontak, sehingga menyebabkan tentara Babilonia kembali ke Yerusalame dengan tujuan untuk menghacurkannya. Sekalipun deportasi dipakai secara politis untuk menghapuskan identitas etnis dan nasional, Tuhan merencanakan untuk menggunakannya sebagai suatu cara untuk memelihara sisa bangsa tersebut bagi diri-Nya.


Penulis Kitab Yeremia

Pertanyaan-pertanyaan tentang siapa penulis kitab ini merupakan pertanyaan klasik sebagaimana kitab-kitab Perjanjian Lama lainnya. Bagi kita, Kitab  ini memberikan informasi tentang Yeremia anak Iman Hilkiah yang tinggal di Anator (kira-kira 2 mil sebelah utara Yerusalem). Pandangan para teolog menderen menganggap bahwa kitab ini berisi beberapa tradisi perkataan-perkataan yang dirangkaikan dengan Deutronomostic (Hukum kedua/kitab Ulangan).  Pandangan ini merupakan suatu asumsi yang tidak memiliki dasar dan penolakan terhadap bukti-bukti baik secara internal maupun secara eksternal Yeremia sebagai penulis.

Kitab ini mencatat bahwa Yeremia sebagai penulis (1:1), Yeremia mendiktekan semua nubuatan yang diterima dari Allah kepada sektrerisnya Barukh yang dimulai dari awal pelayanannya sampai tahun ke empat pemerintahan raja Yoyakim. Sesudah gulungan kitab yang ditemukan pada masa pemerintahan raja yang baik yaitu Yosia tahun 622 BC dibakar oleh Yoyakim, Yeremia kembali mendiktekan suatu edisi yang lebih lengkap kepada Barukh (36-38).

Bagian-bagian terakhir dalam kitab Yeremia ini juga disusun olehnya, kecuali pasal terakhir (52) yang kemungkinan tidak ditulisnya. Bagian (52) memiliki persamaan dengan apa yang dicatat dalam kitb 2 Raj.24:18-25:30, yang kemungkinan ini ditambahkan oleh Barukh. Nabi Daneil menyinggung nubuatan Yeremia tentang tentang masa 70 tahun pembuangan (Dan.25:11-14, 29:16, 9:2). Kepenulisan Yeremia juga mendapat dukungan atau bukti -bukti dari luar Alkitab seperti kitab Ecclesiasticus dari  Josephus dan Talmud. Bukti yang lain tentang kepenulisan Yeremia juga dicatat dalam Perjanjian Baru menyangkut nubuatan yang disampaikannya (Mat.2:7-18).

 

 Tujuan Kitab Yeremia

Tujuan kitab Yeremia dapat disimpulkan ke dalam dua tujuan penting, pertama maksud Yeremia adalah memberitahukan pelanggaran dan dosa-dosa bangsa Yehuda, yaitu dosa penyembahan berhala dan dosa-dosa lainya. Kedua, kitab Yeremia bertujuan untuk memberitahukan penghukuman sebagai akibat dosa bangsa yang tidak mau bertobat dan kembali kepada Allah.

Dalam kitab Yeremia, Allah Nampak sebagai Allah yang pernah dengan kesabaran dan Allah yang kudus. Dia menunda penghukuman dan mengharapkan agar bangsa Yehuda bertobat sebelum terlambat. Gambaran tentang kedaulatan dan kesabaran Allah dinyatakan melalui suatu bahan pelajaran di rumah pembuat barang terbikar. Bejana atau barang tembikar itu dijatuhkan hingga pecah dalam kedaulatan si penjunan dengan tujuan agar dapat diperbaiki secara lebih sempurnah oleh sang "penjunan" itu (18:1-4).

Kekerasan hati bangsa Israel yang tidak mau kembali kepada Allah juga digambarkan melalui bahan pelajaran yang sama seperti ditulisnya. Bagian ini (52) memiliki persamaan dengan apa yang dicatat dalam kitab 2 Raj.24:18-25:30, yang kemungkinan ini ditambahkan oleh Barukh.

 

Nama Kitab

Dalam bahasa Ibrani nama kitab ini disebut yirmeyahu atau yirmeyah, secara harafiah dapat berarti Yahweh melemparkan. Barangkali nama ini merupakan suatu pokok dari keseluruhan isi berita yang disampaikan oleh Yeremia. Yaitu berita tentang Yahweh yang menetapkan, menentukan atau mengutus bangsa Yehuda ke pembuangan sebagai akibat dosa mereka yang keluar dari ketetapan Yahweh.

 

Isi Kitab

Yahweh dalam kitab Yeremia

Kitab Yeremia menurut teolog Historis Kritis berisi kreativitas-kreativitas teolog Israel, tetapi pandangan ini merupakan sesuatu yang asing dalam kita Yeremia. Yeremia tidak memperkenalkan suatu ide baru tentang Allah, sebaliknya dia memproklamirkan Yahweh kepada bangsa Israel sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Yeremia memohon kepada bangsa Israel agar bangsa itu, bertanya tentang jalan-jalan di dalamnya (6:16). Gagasan nabi tentang dirinya sebagai orang memanggil bangsa Israel untuk setiap kepada perjanjian Allah dahulu.

Yahweh adalah Allah yang hidup, sumber air yang hidup (2:13). Bagi Yeremia Yahweh adalah Allah yang berdaulat penuh atas dunia. Dia adalah pencipta dunia. Allah berdaulat atas seluruh ciptaan dan seluruh isinya. Meskipun Yahweh adalah unik bagi Israel (2:3-4, 10:16, 17:13), tetapi Dia juga berkuasa atas bangsa-bangsa Yeremia tidak diutus hanya bagi bangsa Israel saja, tetapi ia diutus menjadi nabi bagi bangsa-bangsa (1:4).

Penekanan terhadap dosa-dosa dan kesalahan Israel, juga ingin mengambarkan tentang kekudusan Allah, Allah adil, Dia akan menghukum ketergartengkukan, pemberontakan, dan kekerasan hati bangsa yang tidak mau berbalik kepada Allah. Di sini lain, kekudusan dan keadilan Allah ditunjukkan secara bersama-sama Allah panjang sabar, berbelas-kasihan, penuh rahmat, tetapi di sisi yang lain, Dia adalah Allah yang setia membiarkan dosa, tetapi menghukumnnya.

 

Umat Allah dan Perjanjian Baru

Bagi Yeremia bangsa Israel adalah bangsa yang telah dipilih oleh Allah. Nabi memakai status bangsa Israel: Israel adalah buah sulung Allah (2:3), anggur pilihannya (2:21), pengantin perempuan yang dikasihinya (2:2, 3:14), kawanan dombanya (13:17), Bapa bagi anak-anak yang tidak patut, dan suami bagi istri yang tidak setia (3:19-20).

Israel menjadi suatu bangsa Perjanjian Allah, Nabi memanggil bangsa Israel untuk mengingat kembali kepada hari-hari Musa, dimana Israel menjadi pengantian, perempuan bagi Allah (2:2). Bangsa Israel harus hidup dalam ketaatan sebagaimana dahulu di Sinai. Mereka harus mencintai Allah dengan segenap hati dan jiwa dan menjauhkan ilah-ilah asing jika mereka ingin menikmati berkat di negeri yang dijanjikan oleh Allah (11). Berkat dan kutuk dari gunung Ebal dan gunung Gerizim tetap berlaku bagi Israel pada generasi Yeremia (11:26-32; 22:9). Perjanjian Allah dahulu dengan Israel kembali mengklaim bangsa itu atas rahmat-Nya, kasih-Nya (14:21), tetapi harus memelihara Taurat Tuhan itu.

Tetapi Yehuda pada zaman Yeremia tidak setia kepada Allah dari mulai masa penaklukan sampai kepada zaman itu (zaman Yeremia), bangsa Israel hanya menjadi perempuan sundal (3:1-20), mereka pengajaran.  Oleh karena itu mereka akan ditimpa oleh kutuk (Ul.28).

Dalam khotbahnya kepada bangsa Yehuda, Yeremia menegur bangsa Yehuda, Yeremia menegur bangsa itu akan kepercayaan palsu bangsa itu. Pemilihan Allah atas mereka tidak berarti bahwa mereka tidak dapat digangu gugat. Jika mereka tidak taat terhadap hukum Tuhan, mereka akan dihukum. Seperti yang telah dinubuatkan-Nya, bait Allah akan dihancurkan, bangsa asing akan menguasai negeri mereka dan menghancurkannya dan mereka akan menjadi tawanan (7:9-11).

 

Yeremia Dan Musa

Musa telah ditetapkan sebagai sumber dan pola bagi nabi-nabi sesudah dia. Sebagaimana Allah menaruh perkataan-perkataan-Nya di mulut Musa, maka Allah juga menaruh perkataan-Nya dimulut Yeremia (1:9; Ul:18:18), Musa dipanggil menjadi nabi dan diutus bagi bangsa-bangsa kafir (Kel.3:10), ini juga menjadi cermin dalam panggilan Yeremia sendiri (1:4,10). Baik Musa maupun Yeremia memprotes atau keberatan terhadap panggilan itu oleh karena ketidakmampuan mereka dalam berbicara dan menyampaikan perkataan Allah kepada bangsa Israel (1:6; Kel.4:10).

Musa menjadi seorang nabi perantara: usahannya tidak mudah untuk menunjukkan Allah kepada bangsa itu, tetapi juga untuk menunjukkan atau mewakili bangsa itu di hadapan Allah. Musa menjadi perantara ketika bangsa itu memberontak di Kadesh (Bil.14:17-19; Ul.9:23-29), mempertaruhkan hidupnya sendiri di Sinai (Kel.32:31) dan memohon belas kasihan kepada Allah atas Miryam (Bil.12:9-15). Yeremia mengikuti contoh yang ditunjukkan dan dilakukan oleh Musa (21:1-2, 37:3; 42:2-4), tetapi dengan suatu ironis; Yeremia yang telah menjadi perantara dihadapan bangsa itu dalam waktu yang sangat panjang, sekarang diperintahkan untuk menjadi perantara untuk menyampaikan suatu penghukuman yang tidak dapat lagi dibatalkan. Yeremia harus menjadi perantara Allah untuk menyampaikan penghukuman Allah atas bangsa itu, dan doa-doa mereka (termasuk doa Yeremia) tidak lagi didengarkan (7:16, 11:14; 14:11-15:1).

                Musa menyelamatkan bangsa itu dari kehancuran melalui doa syafaat, tetapi sekarang Yeremia diperintahkan untuk tidak menjalankan tanggung jawab itu. Musa adalah seorang nabi yang memimpin bangsa itu keluar dari perbudakan di Mesir, dan pada akhirnya Yeremia harus kembali kesana (43:1-7). Dengan demikian kita dapat melihat suatu siklus dalam sejarah Israel, sebelum mereka memasuki tanah Perjanjian, disini tidak ada pemerintahan, tidak ada seorang raja, tidak seorang Imam, tidak ada bait Allah dan hanya satu populasi. Tetapi kesetiaan Hamba Allah (38:7-12; 39:16-18) dan barukh (45:1-5), seperti Yosua dan Kaleb di hadapan mereka, yang berbeda dari generasi sebagaimana mereka menjadi bagiannya.

 

Daftar Pustaka

Ray C. Stedman. Pertualangan Menjelajahi Perjanjian Lama. Jakarta: LAI. 2003.

Andrew E.Hill & John H. Walton.Survei Perjanjian Lama.Malang: Gandum Mas.2013.

Evendy Tobing.  Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama . Malang: Steviera Lietratur. 2019.

Posting Komentar

0 Komentar