Asal usul suku Nias "Ono Niha" 2021
ASAL USUL SUKU NIAS
Pada bagian kali ini akan menjelaskan asal usul suku Nias. Sebab pembahasan ini sangat begitu penting di teliti dan kaji dari mana orang Nias berasal. Karena asal usul suku Nias sangat berkaitan dengan kepercayaan orang Nias pada tempo dulunya dan sekaligus untuk mengetahui sejak kapan pemahaman orang Nias mengenai roh orang mati bisa berhubungan dengan orang hidup. Oleh sebab itu pada bagian ini akan menjelaskan asal usul orang Nias dalam bentuk 3 bagian yaitu berdasarkan mitologi, arkelogi dan pandangan para tokoh.
Berdasarkan Pandangan Para Tokoh
Menurut Nieuwenhuize dan Von Rosenberg mengatakan bahwa Ono Niha adalah salah satu suku Batak. Namun teori ini di tolak oleh Denninger mengemukakan alasan, bentuk tubuh, adat istiadat, dan bahasa Ono Niha sangat jauh berbeda dari suku Batak. Sebaliknya dia berpendapat bahwa orang Nias berasa dari Birma.
F.M. Schnitger, di sisi lain menemukan banyak persamaan antara Ono Niha dan suku Naga Khassi di Assam. Hal ini dapat dilihat khususnya pada adat istiadat, penggunaan batu megalit dan pesta-pesta babi (owasa). Pandangan ini didukung oleh etnolog Indonesia James Dananjaja, yang menegaskan bahwa pesta-pesta raya babi yang dihubungkan dengan penegakan batu-batu megalit di Nias, sangatlah unik karena dalam pesta ini dipersembahkan babi-babi dan bukan kerbau. Martin Thomsen menggolongkan Ono Niha sebagai salah satu suku yang tertua yang berasal dari AsiaTenggara Tiongkok di sekitar tahun 1000 sM. Teori ini didukung fakta bahwa penduduk pertama di Pulau Nias hidup dari bercocok tanam, mereka menggunakan perkasa dari besi dan mengenakan perhiasan emas yang mirip dengan apa yang digunakan di Tiongkok waktu itu.
Berdasarkan studi bentuk tubuh khususnya wajah dari orang Nias di utara dan selata, Elio Modigliani berpendapat babwa nenek moyang orang Nias berasal dari daerah timur laut India, mereka datang melalui beberapa kali proses imigrasi.
Johannes M.Hammerle berdasarkan pelbagai studi yang dibuatnya tentang silsilah beberapa marga Nias (mado), berpendapat bahwa sudah ada lebih dari 100 generasi mado mempunyai lebih dari satu leluhur; sesuai dengan teori Modigliani mereka tiba di Nias dalam beberapa gelombang. Teori ini di dukung oleh studi dari sisi bahasa walaupun Eduard Fries (1877-1923) berpendapat bahwa justru hal ini menunjukkan bahwa Ono Niha sebenarnya tergolong ras Melayu.[1]
Berdasarkan Mitologi
Berdasarkan Mitologi atau cerita nenek moyang suku Nias yang di catat oleh Denninger menggukapkan bahwa mitos Nias tentang leluhur Tuada Hia dan istrinya menyatakan bahwa mereka berasal dari dunia atas (dari kampung awal yang disebut Teteholi Ana'a). Sesudah melahirkan seseorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan, mereka kembali lagi ke dunia atas. Menurut mitos, barulah generasi kesepuluh dari keturunan mereka, mulai menetap di bumi. Semua, generasi ini berdiam di Gomo di atas sebuah karang besar, yang terletak di bawah sebatang pohon besar. Baik karang maupun pohon yang berasal dari dunia atas itu, tetap ada, namun tidak kelihatan bagi mata orang biasa kecuali oleh para imam laki-laki maupun imam perempuan (ere). Dalam mitos lain tentang penciptaan, pencipta dikenal dengan nama Lowalangi. Lowalangi mempunyai empat orang anak laki-laki, mereka turun ke bumi dan menjadi nenek moyang Ono Niha.
Heinrich Sundermann juga mencatat mitos penciptaan Ono Niha. Dalam mitos ini Lowalangi, sama seperti manusia perdana, adalah buah dari pohon purba atau Solambayö-nga'eu, yang tumbuh di mana tiga puluh angina penciptaan bertemu. Ketika manusia pertama meninggal, dari hatinya bertumbuh "pohon kehidupan" atau pohon tora'a. adalah sebenarnya leluhur asli Ono Niha.
Mitos pohon Tora'a juga disebut Johann W. Thomas. Pohon ini disebut menghasilkan tiga bunga. Bunga pertama melahirkan Lowalangi, Lature dan Nadaoya (atau Afökha); Bungan kedua melahirkan Barasi-luluö, Baliu dan Feto-alitö. Bungan ketiga semula tidak menghasilkan apa-apa. Kemudian timbullah perkelahian antara Lature dan Barasi luluö atau Baliu yang memperebutkan hak atas bunga ketiga. Mereka lalu setuju, siapa dari antara mereka yang bisa membuat "manusia" dari bunga itu akan menjadi pemilik bunga. Lature mencoba, tetapi tidak bisa. Lalu Barasi luluö atau Baliu mencoba, tetapi dia hanya berhasil membentuk dua tubuh, lelaki dan perempuan beserta alat kelami mereka. Lalu Lowalangi menyuruh Baliu mengambil angin dan menghebuskan ke dalam mulut kedua tubuh itu, sehingga mereka bisa berbicara. Nama dari dua manusia ini adalah Futi (yang perempuan) dan Tuha-Baregedanö (laki-laki). Mereka adalah penduduk bumi ketiga. Anak-anak lelaki mereka hidup di bumi yang lain: Golu Mbanua di bumi keempat, Tarewe Kara di bumi kelima, Hulumogia di bumi keenam, Dundru Tanö dan Saota di bumi ke tujuh, dan Sirao di bumi kedelapan. Bumi Ono Niha diciptakan oleh salah satu anak lelaki dari Sirao.
Faogöli Harefa juga mempertegas ulang bahwa Ono Niha berasal dari dunia atas (Teteholi Ana'a) sebagai keturunan dari Sirao. Hia Walangi Sinada dan istrinya yaitu leluhur pertama, ditempatkan di Gomo. Ketika mereka turun ke bumi, mereka dibekali dengan beberapa benda untuk dibawa serta yaitu sebuah rumah ibadah (osali), sebuah rumah (omo), sebuah alat pengukur berupa tongkat (afore), alat penimbang beras (lauru), sebuah timbangan (fali'era), juga bibit tumbuh-tumbuhan binatang, perhiasan, dan patung (adu). Dikatakan bahwa Hia Walangi Sinada memiliki semua undang-undang dan aturan (huku), juga aturan untuk mengukur atau menimbang (so'aya gafore, lauru, fali'era).
Ketika Hia Walangi turun ke Gomo, Pulau Nias berat sebelah ke arah selatan. Untuk mengembalikan keseimbangan, Gözö diletakkan di Hilimaziaya (Nias Utara). Ini menyebabkan pulau ini melengkung di tengah. Daeli Sanau Talinga kemudian turun ke Ono Waembo Idanoi (Nias Timur) dan Hulu Börö Tanötanö, anak dari Silögu Mbanua, turun di tepi sungai Oyo (Nias Barat). Hal ini memantapkan keseimbangan dan keselarasan bagi pulau ini. Dari gambaran ini, kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada kesepakatan antara para peneliti mengenai asal usul Ono Niha. Sebuah pepatah Nias mengatakan: di pelbagai tempat yang berbeda, ada tradisi yang berbeda juga (sambua mbanua, sambua mbuabua). Mungkin sekali kepelbagai mitos ini menunjukkan adanya keragaman baik tempat pemukiman di Nias dari mana satu mitos berasal, waktu terciptanya mitos itu dan kepelbagaian lain.[2]
Berdasarkan Penelitian DNA Orang Nias
Nias merupakan salah satu pulau terluar lepas pantai barat Sumatra. Masyarakat Nias dianggap sebagai kelompok etnis yang berbeda, memiliki kebiasaan sendiri dengan tradisi dan bahasa yang unik. Seperti kebanyakan bahasa pulau-pulau di Asia Tenggara, Bahasa Nias, li Niha, termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Tidak ada sedikitpun yang mengetahui sejarah pemukiman pulau Nias dan tentang asal-usul penduduk utama yang menamakan dirinya Ono Niha.
Menurut para antropolog, berdasarkan kesamaan budaya dan fisik, orang Nias memiliki kedekatan dengan masyarakat di timur laut India (Naga Assam) dan Mynmar. Dan temuan Arkeologi di gua Tögi Ndrawa membuktikan bahwa sudah ada manusia yang tinggal di Nias sekitar 12.000 tahun yang lalu. Namun, belum diketahui apakah ada hubungan antara orang-orang tersebut dengan penduduk Nias saat ini.
Sebelum melakukan penelitian genetika ini di pulau Nias, tidak ada sedikit pun data yang tersedia untuk itu. Hanya ada sedikit data darah kelompok berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 1939. Hasil temuan dan diskusi tentang penelitian 407 kromoson Y dari orang Nias telah diselidiki. Hasilnya sangat mengejutkan! Ditemukan haplogroup-Y yang sangat sempit di Nias:100% dari sampel tergolong dalam haplogroup-O, sedangkan orang-orang di daerah lain di Indonesia, termasuk di dekat Sumatra, biasanya menunjukkan rentang yang lebih luas dari haplogroup-Y. data ini menunjukkan bahwa keragaman genetic di Nias sangat rendah, terutama jika kita mengikuti garis keturunan patrilianeal (yang mengikuti garis keturunan ayah).
Melihat tingkat sub-haplogroup O, para peneliti menemukan bahwa semua orang yang menjadi sampel (kecuali satu) tergolong dalam haplogroup O1a (didefinisikan dengan tanda M119). Sebagian besar sampel (30%) tergolong O1a2 (didefinisikan dengan tanda M110). Kedua penanda khromosom tersebut telah ditemukan di Taiwan Aborigin( Penduduk Asli Taiwan) dan keduanya berkaitan dengan ekspansi Austronesia. Sebagai salah seorang dari tim peneliti genetika orang Nias, Mannis van Oven mengatakan bahwa hasil penelitian DNA yang mereka lakukan sepenuhnya sama dengan hasil penelitian DNA yang dilakukan oleh satu tim dari Amerika (Karafet 2010) dengan sampel sekitar 60 orang Nias.
Di Nias, penyebaran kromosom haplogroup-Y (O-M110) hanya terdapat pada masyarakat Nias selatan dengan prosentase yang sangat tinggi (86%). Sedangkan kromosom haplogroup O-M119, hanya terdapat pada orang-orang Nias tengah dan Nias Utara, dan sangat langka terdapat pada orang Nias di Nias Selatan.
Dari semua populasi yang diteliti sejauh ini, Nias memiliki frekuensi tertinggi O-M119 di setiap tempat. Kehadiran O-M110 pada masyarakat Nias selatan sangat menarik karena haplogroup ini sangat langka atau jarang terdapat pada populasi masyarakat yang bertetangga dengan pulau Nias secara geografis.
Perbedaan yang sangat kuat antara Nias Selatan dengan masyarakat di wilayah Nias lainnya terlibat dalam analisis kromosom dengan tanda Y-STR. Penyebab perbedaan ini tidak jelas. Bisa jadi disebabkan oleh perbedaan leluhur yang kemudian diikuti dengan isolasim atau karena murni perbedaan asal usul nenek moyang.
Jika membandingkan tingkat keragaman genetik Nias dengan orang-orang dari populasi lain, menjadi jelas bahwa keragaman genetic orang Nias secara signifikasi lebih rendah dibandingkan dengan hampir semua populasi Asia Timur, Asia Tenggara, Oseania lainnya, terutama orang Nias tidak banyak, terutama dari garis keturunan laki-laki.
Semua jenis kromosom Y dan hampir semua kromosom jenis mtDNA yang ditemukan di Nias dapat dihubungkan dengan leluhur Austronesia, yang kemungkinan besar berasal dari Taiwan dan dari sana, melalui Filipina, menyebar ke Pulau Asia Tenggara.
Mannis van Oven menegaskan bahwa, berdasarkan data penelitian DNA yang telah mereka lakukan dibuktikan adanya keturunan Austronesia secara lengkap pada orang Nias kontemporer dan penelitian linguistic juga menunjukkan bahwa Bahasa Nias (Li Niha) termasuk rumpun bahasa Austronesia.
Mannis van Oven juga mengatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian DNA itu, mereka sama sekali tidak menemukan dukungan pendapat yang menduga dan mengatakan bahwa leluhur orang Nias berasal dari India atau Myanmar, sebagaimana diungkapkan oleh sejumlah ahli yang didasarkan pada sejumlah kesamaan budaya tradisi.
Yang mengejutkan juga adalah tentang penduduk pra-Austronesia di Nias, yang keberadaannya dibuktikan dengan temuan arekeologis di gua Tögi Ndrawa. Akan tetapi, populasi ini sama sekali tidak meninggalkan jejak genetik pada orang Nias saat ini. Karena tim peneliti genetika berpendapat bahwa telah terjadi semacam populasi pengganti (replacement) dimana penduduk Nias atau penghuni tertua yang sudah hidup di Nias jauh sebelum keturunan Austronesia dari Taiwan tiba di pulau Nias. Mereka punah dengan berbagai penyebab, sehingga genetik mereka tidak ditemukan pada kromosom orang Nias dewasa ini. Tidak juga ditemukan gen yang membuktikan bahwa telah terjadi percampuran kelompok manusia pra-Austronesia (manusia penghuni gua sejak 12.000 yang lalu) dengan kelompok pendatang baru penutur Bahasa Austronesia yang datang kemudian.
Mannis van Oven berkesimpulan bahwa keragaman genetik orang Nias sangat rendah, baik kromoson Y (dari ayah) maupun mtDNA (kromoson dari ibu) jika dibandingkan dengan populasi Asia Timur dan Asia Tenggara lain. Terutama kromoson Y sangat-sangat sedikit keragamannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa leluhur orang Nias dari garis ayah (laki-laki) tidak banyak. Dalam gen orang Nias ditemukan haplogroup Y dengan frekuensi tajam yang membedakan antara orang Nias Selatan dengan orang-orang Nias di wilayah lainnya di pulau Nias.
Berdasarkan keragaman gen, sejarah genetika asal usl ibu (leluhur perempuan) orang Nias lebih beragam dari pada riwayat gen Ayah. Dari jejak gen terindikasi bahwa leluhur orang Nias (ibu) berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara. Dari fakta tingginya prosentasi haplogrup mtDNA menunjukkan wilayah asal-usul nenek moyang (ibu) orang Nias berasal dari Philipinan dan juga dari Taiwan.
Sedangakan mengenai ayah (leluhur laki-laki) memperlihatkan seolah-olah hanya dua pendiri laki-laki dan kelompok lainnya adalah perempuan. Berdasarkan hasil data genetika yang telah diteliti menunjukkan bahwa hanya ada dua leluhur (ayah) orang Nias. Mereka ini berasal dari Taiwan dan masuk ke pulau Nias melalui Phlipinan itu termasuk rumpun Austronesiea dari daratan China. Sesudah menjajah Taiwan, baru mereka menyebar ke Asia Tenggara.
Melalui penelitian yang dilakukan para peneliti memberikan uraian pertama dalam genetic uniparental dari penduduk pulau Nias. Studi genetikan masa depan akan mengungkapkan lebih dalam mengenai sejarah asal-usul dari Ono Niha. Hal ini dapat dicapai dengan mempelajari kromosan Y dan mtDNA pada tingkat resolusi yang lebih tinggi.[3]
Demikian informasi yang saya bisa sampaikan kepada saudara. Tuhan memberkati kita semua.
[1] Tuhoni Telambanua, Salib dan Adu (studi sejarah dan sosial-budaya tentang perjumpaan kekristenan dan
kebudayaan Asli di Nias dan Pulau-pulau batu, Indonesia ), (Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 2015). Hlm.16
[2]
Tuhoni Telambanua, hlm. 17-18
[3] P.Johannes M.Himmerle, OFMCap, Asal Usul Masyarakat Nias, (Gunungsitoli: Yayasan Pusakan Nias,
2015). Hlm. 231-236.
0 Komentar