Makalah Konsep Diri Bagi Remaja - 2021

 Penulis:  Stefanni Maranatha

 

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari anak-anak menuju pada dewasa. Pada masa ini seringkali remaja mengalami kesulitan untuk menyesuaikan setiap perubahan yang terjadi dalam hidupnya, baik perubahan pada fisik ataupun lingkungan. Banyak faktor yang dapat menjadi kecemasan serta kekhawatiran remaja, yang mana faktor-faktor tersebut sebagian besar berhubungan erat dengan diri mereka sendiri. Ada remaja yang mampu mengatasi permasalahnya dengan baik, namun tak sedikit pula remaja yang mengalami kesulitan untuk mengatasinya. Hal ini dipengaruhi oleh gambaran atau konsep diri yang dimiliki oleh remaja.

Konsep diri yang terbentuk dalam diri remaja dapat mempengaruhi kepribadian remaja, sebab konsep diri merupakan dasar atau batu fondasi terhadap seluruh kepribadian manusia. Konsep diri terbentuk melalui serangkaian peristiwa yang berulangkali terjadi di masa lalu sehingga mempengaruhi persepsi seseorang akan gambaran terhadap pribadinya[1] yang secara otomatis gambaran tersebut juga berpengaruh pada kepribadiannya. Hal serupa juga dinyatakan oleh Fitts yang mengungkapkan bahwa konsep diri memiliki pengaruh yang kuat akan tingkah laku seseorang.[2]

Banyak remaja yang cenderung melakukan perbuatan yang menyimpang secara moral seperti merokok, bolos sekolah, terlibat dalam aksi tawuran, bahkan hingga menuju pada ranah pergaulan bebas. Disisi yang lain terdapat remaja yang mengalami depresi karena ketidakpuasan terhadap diri mereka dan penolakan yang dilakukan oleh lingkungan kepada mereka. Semua hal ini dikarenakan rendahnya konsep diri yang dimiliki oleh remaja. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penulisan makalah ini akan diberi judul “Pentingnya Memahami Konsep Diri Bagi Remaja Yang Bermasalah”

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dan untuk memberikan batasan dalam proses  penelitian, maka penulis memilih beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan konsep diri?

2. Masalah-Masalah apakah yang terkait dengan kepribadian remaja?

3. Bagaimana memahami konsep diri terhadap remaja yang bermasalah?

4. Bagaimana pentingnya memahami konsep diri terkait dengan kepribadian remaja?

BAB II

PEMBAHASAN

Definisi Konsep Diri

Konsep diri adalah bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri, atau gambaran seperti apakah yang dimiliki oleh seseorang ketika ia  memandang dirinya. Pengertian serupa juga diungkapkan oleh Dr. Ir. Fu Xie dan Dr. Jarot Wijanarko dalam bukunya yang berjudul Citra Diri, ia menyatakan bahwa citra diri atau konsep diri merupakan bentuk penilaian individu terhadap perasaan berharga yang ia miliki, yang mana penilaian terhadap diri sendiri tersebut sangatlah menentukan banyak hal dalam hidupnya. Menurut Jarot konsep diri sangat penting karena itu akan menentukan batas pencapaian seseorang dan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang.[3]

Konsep diri yang tergambar dalam pikiran seseorang akan mempengaruhi semua tindakan dan emosi yang dimiliki oleh seseorang tersebut.[4] Ketika seorang anak berpikir bahwa ia adalah anak yang nakal, maka tingkah lakunya pun juga akan menunjukkan bahwa ia anak yang nakal, begitu pula sebaliknya. Sebab citra diri sebagai seorang anak yang nakal sudah terkonsep di dalam pikirannya. Seorang remaja yang mendasarkan konsep dirinya pada apa kata orang pun akan memandang keberhargaan dirinya berdasarkan apa kata orang. Misalnya ketika seorang remaja perempuan berada dalam lingkungan yang mendefinisikan kecantikan adalah dengan memiliki tubuh kurus dan wajah mulus, maka ia akan merasa minder apabila memiliki fisik yang gendut dan berjerawat. 

Konsep diri bukan bawaan sejak lahir atau merupakan gen yang kita dapat dari orang tua kita, melainkan konsep diri terbentuk sejak bertahun-tahun lalu melalui berbagai pengalaman manis maupun pahit yang kita rasakan, yang bahkan mungkin sudah terlupakan, tetapi masih memberi pengaruh ketika kita memikirkan dan merasakan diri kita sendiri.[5] Jadi pengalaman kita pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi konsep diri yang kita miliki di masa sekarang.

Konsep diri yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari diri seseorang tersebut, seperti karakteristik fisik, psikologis, sosial, aspirasi, prestasi, dan bobot emosi yang menyertainya.[6] Konsep diri inilah yang kemudian menentukan bagaimana perilaku seseorang dalam memberikan respon terhadap segala kondisi atau perlakuan yang diterima. Sehingga konsep diri memiliki andil yang besar terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Ketika seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka akan menambah kemampuan seseorang tersebut untuk mengasihi dan dikasihi. [7] Hal ini dapat membuat ia menjadi seseorang yang mampu menerima segala keberadaan dirinya.

Masalah-Masalah yang Terkait dengan Kepribadian Remaja

Masa remaja merupakan sebuah masa yang kritis, sebab pada masa inilah seseorang mulai mencari jati diri atau identitasnya. Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Monks Dkk, yang menyatakan bahwa pengertian remaja adalah fase mencari jati diri.[8] Pada masa ini, remaja akan cenderung sangat mudah terpengaruh dengan lingkungannya. Remaja akan menjadi seorang imitator terhadap apa yang dianggapnya akan menonjolkan pribadinya. Remaja mulai ingin diakui keberadaannya dan mendapat penghormatan serta penghargaan terhadap eksistensinya.

Berbagai upaya akan dilakukan remaja untuk membuat orang lain memperhatikan keberadaannya, atau istilah lainnya remaja ingin menjadi pusat perhatian. Yang mana hal ini sebenarnya adalah wujud seorang remaja sedang berusaha untuk menemukan identitasnya. Ketika remaja gagal menemukan identitas atau konsep dirinya ada dua hal yang biasanya akan dilakukan oleh remaja sebagai bentuk ungkapan rasa sakit yang ia rasakan. Yaitu remaja akan merasa tertekan dan menutup diri atau justru remaja akan mengekspresikannya dengan tindakan yang agresif dan penuh emosi untuk memperlihatkan kekecewaannya.[9] 

Organisasi WHO menyatakan bahwa depresi menjadi penyebab utama gangguan kesehatan mental pada remaja, yang mana tingkat presentase depresi yang dialami oleh remaja semakin meningkat setiap tahunnya, bahkan hingga sampai pada tingkat bunuh diri.[10] Permasalah lain yang dihadapi oleh remaja ialah rusaknya moral mereka yang berdampak pada perilaku mereka. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Heru Winarko menyebut bahwa penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja makin meningkat. “Hasil dari penelitian kita bahwa penyalahgunaan itu beberapa tahun lalu, milenial atau generasi muda hanya sebesar 20 persen dan sekarang meningkat sebanyak 24-28 persen” begitu ungkap Jenderal Heru di The Opus Grand Ballroom At The Tribata, Jaksel.[11] Melalui berita di televisi kita juga kerap kali melihat dan mendengar bahwa tindakan kejahatan banyak dilakukan oleh kaum remaja. Perkelahian yang berujung pada pembunuhan, pencurian, pembullyan, penggunaan narkoba, seks bebas, aborsi, pelecehan seksual, serta pemerkosaan yang menunjukkan telah rusaknya moral pada remaja. Disini kita dapat melihat bahwa terdapat banyak permasalahan terkait dengan kepribadian yang dihadapi remaja yang mana sesungguhnya merupakan bentuk respon mereka terhadap rasa sakit yang terdapat pada jiwa mereka.

Memahami Konsep Diri Terhadap Remaja yang Bermasalah

Setiap manusia memiliki kebutuhan yang mendasar dalam hidupnya yang ia bawa sejak lahir, yakni kebutuhan terhadap rasa aman dan perasaan dihargai.[12] Kebutuhan akan hal ini terlebih besar dimiliki oleh seorang remaja yang sedang dalam proses pencarian jati dirinya. Pada masa ini kebutuhan untuk dikasihi, diterima, diperhatikan serta dibutuhkan merupakan sesuatu yang sangat penting dan mutlak bagi remaja. Sebab  dengan demikian remaja akan merasa bahwa ia layak dan berharga serta tidak takut akan terjadinya penolakan terhadap dirinya, sebab ada perasaan aman dalam jiwanya.

Untuk menjamin supaya kebutuhannya akan perasaan aman tersebut terus berlanjut, seorang remaja akan melakukan segala cara tanpa perduli apakah yang ia lakukan adalah sesuatu hal yang benar ataukah sesuatu yang salah. Contoh secara sederhananya, jika perasaan aman remaja terletak pada penampilannya, maka ia akan terus berusaha agar senantiasa terlihat menarik. Atau jika terletak pada nilai yang tinggi, maka ia akan melakukan segala upaya agar tidak ada yang dapat menandinginya dalam hal prestasi belajar.

Pada dasarnya remaja melakukan semua itu agar terhindar dari rasa sakit pada jiwanya. Mereka menutupi rasa ketidakpercayaan dirinya dengan memberikan topeng kepalsuan yang mereka anggap hal itu bisa membuat mereka terlihat menonjol dan tetap memiliki eksistensi yang cukup kuat pada persepsi orang lain, sementara sesungguhnya jiwanya sangatlah rentan dan rapuh. Hal demikian dapat terjadi karena remaja telah membentuk sebuah gambaran mental mengenai apa yang ia pikirkan adalah ia inginkan atau yang seharusnya ia miliki. 

Bisa dikatakan bahwa bentuk penolakan atau sikap agresif yang dilakukan oleh remaja merupakan sebuah bentuk pertahanan diri mereka dalam menghadapi tekanan pada jiwanya. Sehingga mereka melampiaskan rasa sakit yang mereka rasakan melalui pemberontakan atau perbuatan menyimpang lainnya.  Mereka tidak mampu mengatasi seorang diri masalah yang bersumber dari dalam diri mereka dan tidak ada orang disekitarnya yang dapat mereka percayai dan andalkan untuk mengatasinya,    sementara diri mereka sendiripun sebenarnya juga tidak mengerti bahwa sebenarnya jiwanya sedang terluka.

Sementara terhadap remaja yang kemudian menjadi stress dan bahkan depresi, sebenarnya sedang mendasarkan konsep diri mereka pada landasan atau fondasi yang rapuh, sehingga membuat mereka menjadi pribadi yang tidak akan pernah merasa percaya diri dengan keadaan mereka. Mereka tidak mampu mengatasi perasaan terpisah, dikucilkan, serta dianggap tidak penting. Sehingga menutup diri dan menjaga jarak dengan orang lain menjadi solusi bagi mereka supaya perasaan mereka tidak dilukai. Ketidakpercayaan mereka terhadap lingkungan sekitarnya membuat mereka lebih memilih untuk menyimpan dan memendam semua rasa sakitnya sendirian hingga sampai pada batasan dimana mereka tidak sanggup lagi dan hal inilah yang kemudian menjadi pemicu bagi mereka melakukan aksi nekat untuk mengakhiri beban mental mereka.   

Jadi, pada remaja yang bermasalah dalam kepribadiannya sehingga mempengaruhi tingkah lakunya, sebenarnya yang terjadi adalah mereka telah gagal dalam menemukan konsep dirinya tersebut. Mereka mendasarkan penilaian terhadap diri mereka dengan apa yang menurutnya orang lain pikirkan tentang diri mereka[13]

Pentingnya Memahami Konsep Diri Terkait dengan Kepribadian Remaja 

Untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, remaja sangat perlu untuk memahami konsep diri mereka secara tepat. Pandangan terhadap pribadi mereka sendiri terlebih dahulu harus benar, agar mereka dapat menerima kondisi apapun yang terjadi dalam kehidupan mereka. Oleh sebab itu penting bagi remaja untuk membentuk konsep diri secara tepat dan benar, sehingga kepribadiannya juga akan terbentuk dengan baik.

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan konsep diri seorang remaja, antara lain kematangan usia, penampilan fisik, relasi dengan keluarga, dan teman sebaya,[14] yang mana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi harga diri remaja. Ketika remaja mendapat perlakuan yang baik dari lingkungan terdekatnya sehingga mereka merasa aman terhadap kebutuhan jiwanya, maka mereka juga akan memberikan penghargaan yang positif terhadap pribadinya. Sehingga dengan penghargaan yang baik terhadap dirinya tersebut dia akan memandang berharga akan kehidupannya dan tidak akan melakukan sesuatu hal yang akan merugikan baik terhadap dirinya maupun orang lain.

Untuk dapat membentuk konsep diri yang tepat, seorang remaja haruslah mengenal dirinya sendiri terlebih dahulu.[15] Sehingga dengan tahap awal mengenal dirinya sendiri, remaja dapat mengetahui apa keunggulan dan kelemahannya dan dapat menerima segala kondisi yang ada pada kehidupannya. Langkah selanjutnya ialah pentingnya bagi remaja untuk memiliki kesadaran diri, sebab kesadaran diri sangat berkaitan dengan konsep diri. Melalui kesadaran diri ini, remaja akan memahami konsep diri dan standar, nilai, serta tujuan yang harusnya ia miliki.[16]

Seorang remaja yang memahami standar dan nilai hidup mereka tidak akan memandang rendah keberadaan mereka berdasarkan apa yang mereka miliki ataupun berdasar atas apa yang orang lain pikirkan dan katakan tentang mereka. Sebab mereka tahu bahwa kebermaknaan hidupnya tidak ditentukan oleh itu semua, namun ditentukan oleh sikap mereka dalam menyikapi berbagai hal yang terjadi dalam hidup mereka. Serta dengan memiliki tujuan akan membuat kehidupan remaja lebih terarah, teratur dan fokus pada apa yang harus ia lakukan dalam kehidupannya supaya lebih baik lagi dibanding memikirkan pendapat orang lain tentang diri mereka. 

Ketika remaja sudah dapat menentukan apa tujuan hidupnya dan memiliki nilai yang kuat terhadap dirinya sendiri, maka ia juga akan menjadi pribadi yang kuat dalam melalui setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, yang mana perubahan tersebut seringkali menjadi sebuah masalah bagi mereka. Dengan demikian remaja akan memiliki konsep diri yang positif dan dapat menyadari bahwa sesungguhnya hidupnya sangatlah berharga.

Dengan pemahaman bahwa ia adalah seorang individu yang begitu berharga dan layak dicintai tak perduli apapun kekurangan yang ia miliki, akan membuat remaja lebih dapat menghargai hidupnya. Ia tidak akan sembarangan dalam menjalani kehidupannya dan tidak akan menyia-nyiakan masa mudanya tersebut. Sekalipun masalah dan penolakan masih mungkin dapat terjadi, namun mereka akan memiliki respon yang tepat untuk dapat menangani jiwa mereka yang terluka. Bahkan melalui goresan-goresan yang melukai jiwa mereka tersebut akan membentuk mental mereka menjadi lebih kuat dan matang. Mereka akan memiliki kemampuan untuk memaafkan dan tetap menjadi diri mereka sendiri dengan keunikan yang mereka miliki.

Konsep diri yang positif ini secara otomatis akan membentuk kepribadian remaja menjadi jauh lebih baik. Remaja lebih dapat mengontrol diri mereka dan memiliki pertahanan diri yang kuat terhadap kondisi jiwa mereka. Sehingga mereka dapat mengelola emosi mereka dengan stabil, tidak terlalu meledak-ledak yang berujung pada pemberontakan, dan tidak juga terlalu rapuh yang berujung pada depresi. 

Jadi, jika seorang remaja memiliki konsep diri yang tepat dan positif mengenai pribadinya, maka kepribadian remaja tersebut yang ia tampilkan dalam bentuk tingkah lakunya sehari-hari pun juga akan positif. Ia akan dapat menjadi seorang pribadi yang memaknai hidupnya dengan penuh kepercayaan diri sebab ia tahu bahwa ia adalah ciptaan yang berharga dan sempurna, meskipun mereka memiliki kekurangan. Namun hal itu tidak menjadi sebuah masalah bagi hidupnya, sebab ia sudah berdamai dengan dirinya sendiri sehingga mampu menerima semua keberadaan dirinya sebagaimana adanya.

BAB III

  PENUTUP

Kesimpulan

Masa remaja merupakan masa yang tidak mudah untuk dijalani, sebab pada masa ini ada begitu banyak perubahan yang terjadi pada remaja, baik dalam hal fisik maupun psikisnya. Perubahan-perubahan tersebut seringkali menjadi masalah bagi remaja, karena sesungguhnya mental mereka belum siap untuk menerima segala perubahan yang terjadi tersebut ditambah penolakan yang mereka harus dapatkan. Atau penolakan yang memang telah mereka terima sejak masa kanan-kanak, sehingga jiwanya yang sakit menjadi semakin matang ketika ia beranjak dewasa. Masalah-masalah ini memicu remaja untuk melakukan perbuatan yang menyimpang sebagai bentuk luapan dari jiwa mereka yang sedang terluka. Untuk itu remaja membutuhkan pemahaman yang benar akan dirinya sendiri beserta segala keberadaannya.

Untuk mencapai hal tersebut, remaja membutuhkan sebuah konsep diri yang tepat. Sebab konsep diri berbicara tentang gambaran apa yang dipahami oleh seseorang terhadap dirinya sendiri. Melalui konsep diri inilah seorang remaja akan dapat menerima segala kekurangan yang ada pada kehidupannya bahkan segala masa lalunya yang kelam sekalipun. Ia akan tetap menjadi seorang pribadi yang tidak terpengaruh terhadap lingkungan maupun kondisi yang sedang ia hadapi, sebab ia telah mendasarkan konsep dirinya pada bukan pada fondasi yang rapuh, namun pada kebermaknaan hidup nya. Oleh sebab itulah memahami konsep diri sangat penting bagi remaja yang bermasalah.

 

Saran

Menurut pendapat saya, kita perlu memahami seorang remaja dari segala sisi dalam kehidupannya. Penting untuk mengetahui mengapa remaja dapat melakukan sesuatu yang menyimpang dari yang sewajar dan seharusnya dilakukan oleh seorang remaja. Sehingga kita dapat memberikan pertolongan kepada remaja yang sedang mengalami tekanan dalam jiwanya dan dapat menariknya keluar dari jurang kehancuran. Memahami jiwa seorang remaja yang sedang terluka dan mau mendampinginya menyembuhkan setiap lukanya dapat mengubah dunia remaja tersebut.

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber dan kritik yang membangun dari para pembaca.

 



[1] Dr. Maxwell Maltz, Kekuatan Ajaib Psikologi Citra Diri (Jakarta: Penerbit Mitra Utama. 1997) hlm 6

[2] Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan (Bandung: Penerbit PT Refika Aditama. 2009)

[3] Dr. Ir. Fu Xie, Dr. Jarot Wijanarko. Citra Diri (Jakarta: Penerbit Keluarga Indonesia Bahagia, 2017) hlm 8

[4] Dr. Maxwell Maltz, Kekuatan Ajaib Psikologi Citra Diri (Jakarta: Penerbit Mitra Utama. 1997) hlm 6

[5] B. S. Sidjabat, Membesarkan Anak Dengan Kreatif (Yogyakarta: Penerbit ANDI. 2008) hlm 162

[6] Drs. Hendra Surya, Percaya Diri Itu Penting (Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. 2007) hlm 3

[7] Margaret Hensley, Konsep Diri & Kedewasaan Rohani (Jakarta: Penerbit Anggota IKAPI. 2006) hlm

[8] Novi Hadita Larasati, Pengertian Remaja Menurut Para Ahli dan WHO (https://www.diadona.id/family/pengertian-remaja-menurut-para-ahli-dan-who-200530i.html), diakses pada Kamis, 20 Agustus 2020.

[9] Pernyatan Akhmad Sudrajat, seorang praktisi pendidikan di Kaugede-Kabupaten Kuningan pada laman wordpress miliknya (https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/masalah-pada-masa-remaja/) diakses pada Kamis, 20 Agustus 2020.

[10] Ktut Dianovinina, 2018, “Depresi pada Remaja: Gejala dan Permasalahannya,” Jurnal Psikogenesis, volume 6 nomor 1 bulan Juni, halaman 70.

[11] Pernyataan Komisaris Jenderal Polisi Heru Winarko, Kepala BNN terkait penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja yang dikutip oleh https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/, diakses pada 26 Agustus 2020.

[12] Margaret Hensley, Konsep Diri & Kedewasaan Rohani (Jakarta: Penerbit Anggota IKAPI. 2006) hlm 9

[13] Ibid

[14] Giri Wiarto, Psikologi Perkembangan Manusia (Yogyakarta: Penerbit Psikosain. 2015) hlm 87

[15] Kharisma Nail Mazaya, Ratna Supradewi, Konsep Diri dan Kebermaknaan Hidup pada Remaja di Panti      Asuhan, Volume 6 (2) 2011, 103-112

[16] Dayakisni, T dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang. UMM Press

Posting Komentar

0 Komentar