Penulis: Stefanni
Maranatha
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari
anak-anak menuju pada dewasa. Pada masa ini seringkali remaja mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan setiap perubahan yang terjadi dalam hidupnya, baik
perubahan pada fisik ataupun lingkungan. Banyak faktor yang dapat menjadi
kecemasan serta kekhawatiran remaja, yang mana faktor-faktor tersebut sebagian
besar berhubungan erat dengan diri mereka sendiri. Ada remaja yang mampu mengatasi
permasalahnya dengan baik, namun tak sedikit pula remaja yang mengalami
kesulitan untuk mengatasinya. Hal ini dipengaruhi oleh gambaran atau konsep
diri yang dimiliki oleh remaja.
Konsep diri yang terbentuk dalam diri remaja dapat
mempengaruhi kepribadian remaja, sebab konsep diri merupakan dasar atau batu
fondasi terhadap seluruh kepribadian manusia. Konsep diri terbentuk melalui
serangkaian peristiwa yang berulangkali terjadi di masa lalu sehingga
mempengaruhi persepsi seseorang akan gambaran terhadap pribadinya[1] yang
secara otomatis gambaran tersebut juga berpengaruh pada kepribadiannya. Hal
serupa juga dinyatakan oleh Fitts yang mengungkapkan bahwa konsep diri memiliki
pengaruh yang kuat akan tingkah laku seseorang.[2]
Banyak remaja yang cenderung melakukan perbuatan
yang menyimpang secara moral seperti merokok, bolos sekolah, terlibat dalam
aksi tawuran, bahkan hingga menuju pada ranah pergaulan bebas. Disisi yang lain
terdapat remaja yang mengalami depresi karena ketidakpuasan terhadap diri
mereka dan penolakan yang dilakukan oleh lingkungan kepada mereka. Semua hal
ini dikarenakan rendahnya konsep diri yang dimiliki oleh remaja. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penulisan
makalah ini akan diberi judul “Pentingnya
Memahami Konsep Diri Bagi Remaja Yang Bermasalah”
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas dan untuk memberikan batasan dalam proses penelitian, maka penulis memilih beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep diri?
2. Masalah-Masalah apakah yang terkait dengan
kepribadian remaja?
3. Bagaimana memahami konsep diri terhadap remaja yang
bermasalah?
4. Bagaimana pentingnya memahami konsep diri terkait dengan
kepribadian remaja?
BAB
II
PEMBAHASAN
Definisi Konsep Diri
Konsep diri adalah bagaimana seseorang menilai
dirinya sendiri, atau gambaran seperti apakah yang dimiliki oleh seseorang
ketika ia memandang dirinya. Pengertian
serupa juga diungkapkan oleh Dr. Ir. Fu Xie dan Dr. Jarot Wijanarko dalam
bukunya yang berjudul Citra Diri, ia menyatakan bahwa citra diri atau konsep
diri merupakan bentuk penilaian individu terhadap perasaan berharga yang ia
miliki, yang mana penilaian terhadap diri sendiri tersebut sangatlah menentukan
banyak hal dalam hidupnya. Menurut Jarot konsep diri sangat penting karena itu
akan menentukan batas pencapaian seseorang dan berpengaruh terhadap tingkah
laku seseorang.[3]
Konsep diri yang tergambar dalam pikiran seseorang
akan mempengaruhi semua tindakan dan emosi yang dimiliki oleh seseorang
tersebut.[4] Ketika
seorang anak berpikir bahwa ia adalah anak yang nakal, maka tingkah lakunya pun
juga akan menunjukkan bahwa ia anak yang nakal, begitu pula sebaliknya. Sebab
citra diri sebagai seorang anak yang nakal sudah terkonsep di dalam pikirannya.
Seorang remaja yang mendasarkan konsep dirinya pada apa kata orang pun akan
memandang keberhargaan dirinya berdasarkan apa kata orang. Misalnya ketika
seorang remaja perempuan berada dalam lingkungan yang mendefinisikan kecantikan
adalah dengan memiliki tubuh kurus dan wajah mulus, maka ia akan merasa minder
apabila memiliki fisik yang gendut dan berjerawat.
Konsep diri bukan bawaan sejak lahir atau merupakan
gen yang kita dapat dari orang tua kita, melainkan konsep diri terbentuk sejak
bertahun-tahun lalu melalui berbagai pengalaman manis maupun pahit yang kita
rasakan, yang bahkan mungkin sudah terlupakan, tetapi masih memberi pengaruh
ketika kita memikirkan dan merasakan diri kita sendiri.[5] Jadi
pengalaman kita pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi konsep diri yang kita
miliki di masa sekarang.
Konsep diri yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal dari diri seseorang tersebut, seperti
karakteristik fisik, psikologis, sosial, aspirasi, prestasi, dan bobot emosi
yang menyertainya.[6]
Konsep diri inilah yang kemudian menentukan bagaimana perilaku seseorang dalam
memberikan respon terhadap segala kondisi atau perlakuan yang diterima.
Sehingga konsep diri memiliki andil yang besar terhadap pembentukan kepribadian
seseorang. Ketika seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka akan
menambah kemampuan seseorang tersebut untuk mengasihi dan dikasihi. [7] Hal
ini dapat membuat ia menjadi seseorang yang mampu menerima segala keberadaan
dirinya.
Masalah-Masalah yang Terkait dengan
Kepribadian Remaja
Masa remaja merupakan sebuah masa yang kritis, sebab
pada masa inilah seseorang mulai mencari jati diri atau identitasnya.
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Monks Dkk, yang menyatakan bahwa
pengertian remaja adalah fase mencari jati diri.[8] Pada
masa ini, remaja akan cenderung sangat mudah terpengaruh dengan lingkungannya.
Remaja akan menjadi seorang imitator terhadap apa yang dianggapnya akan
menonjolkan pribadinya. Remaja mulai ingin diakui keberadaannya dan mendapat
penghormatan serta penghargaan terhadap eksistensinya.
Berbagai upaya akan dilakukan remaja untuk membuat
orang lain memperhatikan keberadaannya, atau istilah lainnya remaja ingin
menjadi pusat perhatian. Yang mana hal ini sebenarnya adalah wujud seorang
remaja sedang berusaha untuk menemukan identitasnya. Ketika remaja gagal
menemukan identitas atau konsep dirinya ada dua hal yang biasanya akan
dilakukan oleh remaja sebagai bentuk ungkapan rasa sakit yang ia rasakan. Yaitu
remaja akan merasa tertekan dan menutup diri atau justru remaja akan
mengekspresikannya dengan tindakan yang agresif dan penuh emosi untuk
memperlihatkan kekecewaannya.[9]
Organisasi WHO menyatakan bahwa depresi menjadi
penyebab utama gangguan kesehatan mental pada remaja, yang mana tingkat
presentase depresi yang dialami oleh remaja semakin meningkat setiap tahunnya,
bahkan hingga sampai pada tingkat bunuh diri.[10]
Permasalah lain yang dihadapi oleh remaja ialah rusaknya moral mereka yang
berdampak pada perilaku mereka. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris
Jenderal Heru Winarko menyebut bahwa penyalahgunaan narkotika di kalangan
remaja makin meningkat. “Hasil dari penelitian kita bahwa penyalahgunaan itu
beberapa tahun lalu, milenial atau generasi muda hanya sebesar 20 persen dan
sekarang meningkat sebanyak 24-28 persen” begitu ungkap Jenderal Heru di The
Opus Grand Ballroom At The Tribata, Jaksel.[11]
Melalui berita di televisi kita juga kerap kali melihat dan mendengar bahwa tindakan
kejahatan banyak dilakukan oleh kaum remaja. Perkelahian yang berujung pada
pembunuhan, pencurian, pembullyan, penggunaan narkoba, seks bebas, aborsi,
pelecehan seksual, serta pemerkosaan yang menunjukkan telah rusaknya moral pada
remaja. Disini kita dapat melihat bahwa terdapat banyak permasalahan terkait
dengan kepribadian yang dihadapi remaja yang mana sesungguhnya merupakan bentuk
respon mereka terhadap rasa sakit yang terdapat pada jiwa mereka.
Memahami Konsep Diri Terhadap
Remaja yang Bermasalah
Setiap manusia memiliki
kebutuhan yang mendasar dalam hidupnya yang ia bawa sejak lahir, yakni
kebutuhan terhadap rasa aman dan perasaan dihargai.[12]
Kebutuhan akan hal ini terlebih besar dimiliki oleh seorang remaja yang sedang
dalam proses pencarian jati dirinya. Pada masa ini kebutuhan untuk dikasihi,
diterima, diperhatikan serta dibutuhkan merupakan sesuatu yang sangat penting
dan mutlak bagi remaja. Sebab dengan
demikian remaja akan merasa bahwa ia layak dan berharga serta tidak takut akan
terjadinya penolakan terhadap dirinya, sebab ada perasaan aman dalam jiwanya.
Untuk menjamin supaya
kebutuhannya akan perasaan aman tersebut terus berlanjut, seorang remaja akan
melakukan segala cara tanpa perduli apakah yang ia lakukan adalah sesuatu hal
yang benar ataukah sesuatu yang salah. Contoh secara sederhananya, jika
perasaan aman remaja terletak pada penampilannya, maka ia akan terus berusaha
agar senantiasa terlihat menarik. Atau jika terletak pada nilai yang tinggi,
maka ia akan melakukan segala upaya agar tidak ada yang dapat menandinginya
dalam hal prestasi belajar.
Pada dasarnya remaja
melakukan semua itu agar terhindar dari rasa sakit pada jiwanya. Mereka menutupi
rasa ketidakpercayaan dirinya dengan memberikan topeng kepalsuan yang mereka
anggap hal itu bisa membuat mereka terlihat menonjol dan tetap memiliki
eksistensi yang cukup kuat pada persepsi orang lain, sementara sesungguhnya
jiwanya sangatlah rentan dan rapuh. Hal demikian dapat terjadi karena remaja
telah membentuk sebuah gambaran mental mengenai apa yang ia pikirkan adalah ia
inginkan atau yang seharusnya ia miliki.
Bisa dikatakan bahwa
bentuk penolakan atau sikap agresif yang dilakukan oleh remaja merupakan sebuah
bentuk pertahanan diri mereka dalam menghadapi tekanan pada jiwanya. Sehingga
mereka melampiaskan rasa sakit yang mereka rasakan melalui pemberontakan atau
perbuatan menyimpang lainnya. Mereka
tidak mampu mengatasi seorang diri masalah yang bersumber dari dalam diri
mereka dan tidak ada orang disekitarnya yang dapat mereka percayai dan andalkan
untuk mengatasinya, sementara diri
mereka sendiripun sebenarnya juga tidak mengerti bahwa sebenarnya jiwanya
sedang terluka.
Sementara terhadap remaja
yang kemudian menjadi stress dan bahkan depresi, sebenarnya sedang mendasarkan
konsep diri mereka pada landasan atau fondasi yang rapuh, sehingga membuat
mereka menjadi pribadi yang tidak akan pernah merasa percaya diri dengan
keadaan mereka. Mereka tidak mampu mengatasi perasaan terpisah, dikucilkan,
serta dianggap tidak penting. Sehingga menutup diri dan menjaga jarak dengan
orang lain menjadi solusi bagi mereka supaya perasaan mereka tidak dilukai.
Ketidakpercayaan mereka terhadap lingkungan sekitarnya membuat mereka lebih
memilih untuk menyimpan dan memendam semua rasa sakitnya sendirian hingga
sampai pada batasan dimana mereka tidak sanggup lagi dan hal inilah yang
kemudian menjadi pemicu bagi mereka melakukan aksi nekat untuk mengakhiri beban
mental mereka.
Jadi, pada remaja yang
bermasalah dalam kepribadiannya sehingga mempengaruhi tingkah lakunya,
sebenarnya yang terjadi adalah mereka telah gagal dalam menemukan konsep
dirinya tersebut. Mereka mendasarkan penilaian terhadap diri mereka dengan apa
yang menurutnya orang lain pikirkan tentang diri mereka[13]
Pentingnya
Memahami Konsep Diri Terkait dengan Kepribadian Remaja
Untuk dapat mengatasi
berbagai permasalahan terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupannya,
remaja sangat perlu untuk memahami konsep diri mereka secara tepat. Pandangan
terhadap pribadi mereka sendiri terlebih dahulu harus benar, agar mereka dapat
menerima kondisi apapun yang terjadi dalam kehidupan mereka. Oleh sebab itu
penting bagi remaja untuk membentuk konsep diri secara tepat dan benar,
sehingga kepribadiannya juga akan terbentuk dengan baik.
Banyak faktor yang
mempengaruhi dalam pembentukan konsep diri seorang remaja, antara lain kematangan
usia, penampilan fisik, relasi dengan keluarga, dan teman sebaya,[14] yang
mana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi harga diri remaja. Ketika remaja
mendapat perlakuan yang baik dari lingkungan terdekatnya sehingga mereka merasa
aman terhadap kebutuhan jiwanya, maka mereka juga akan memberikan penghargaan
yang positif terhadap pribadinya. Sehingga dengan penghargaan yang baik
terhadap dirinya tersebut dia akan memandang berharga akan kehidupannya dan
tidak akan melakukan sesuatu hal yang akan merugikan baik terhadap dirinya
maupun orang lain.
Untuk dapat membentuk
konsep diri yang tepat, seorang remaja haruslah mengenal dirinya sendiri
terlebih dahulu.[15]
Sehingga dengan tahap awal mengenal dirinya sendiri, remaja dapat mengetahui
apa keunggulan dan kelemahannya dan dapat menerima segala kondisi yang ada pada
kehidupannya. Langkah selanjutnya ialah pentingnya bagi remaja untuk memiliki
kesadaran diri, sebab kesadaran diri sangat berkaitan dengan konsep diri.
Melalui kesadaran diri ini, remaja akan memahami konsep diri dan standar,
nilai, serta tujuan yang harusnya ia miliki.[16]
Seorang remaja yang
memahami standar dan nilai hidup mereka tidak akan memandang rendah keberadaan
mereka berdasarkan apa yang mereka miliki ataupun berdasar atas apa yang orang
lain pikirkan dan katakan tentang mereka. Sebab mereka tahu bahwa kebermaknaan
hidupnya tidak ditentukan oleh itu semua, namun ditentukan oleh sikap mereka
dalam menyikapi berbagai hal yang terjadi dalam hidup mereka. Serta dengan
memiliki tujuan akan membuat kehidupan remaja lebih terarah, teratur dan fokus
pada apa yang harus ia lakukan dalam kehidupannya supaya lebih baik lagi
dibanding memikirkan pendapat orang lain tentang diri mereka.
Ketika remaja sudah dapat
menentukan apa tujuan hidupnya dan memiliki nilai yang kuat terhadap dirinya
sendiri, maka ia juga akan menjadi pribadi yang kuat dalam melalui setiap
perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, yang mana perubahan tersebut
seringkali menjadi sebuah masalah bagi mereka. Dengan demikian remaja akan
memiliki konsep diri yang positif dan dapat menyadari bahwa sesungguhnya
hidupnya sangatlah berharga.
Dengan pemahaman bahwa ia
adalah seorang individu yang begitu berharga dan layak dicintai tak perduli
apapun kekurangan yang ia miliki, akan membuat remaja lebih dapat menghargai
hidupnya. Ia tidak akan sembarangan dalam menjalani kehidupannya dan tidak akan
menyia-nyiakan masa mudanya tersebut. Sekalipun masalah dan penolakan masih
mungkin dapat terjadi, namun mereka akan memiliki respon yang tepat untuk dapat
menangani jiwa mereka yang terluka. Bahkan melalui goresan-goresan yang melukai
jiwa mereka tersebut akan membentuk mental mereka menjadi lebih kuat dan
matang. Mereka akan memiliki kemampuan untuk memaafkan dan tetap menjadi diri
mereka sendiri dengan keunikan yang mereka miliki.
Konsep diri yang positif
ini secara otomatis akan membentuk kepribadian remaja menjadi jauh lebih baik.
Remaja lebih dapat mengontrol diri mereka dan memiliki pertahanan diri yang
kuat terhadap kondisi jiwa mereka. Sehingga mereka dapat mengelola emosi mereka
dengan stabil, tidak terlalu meledak-ledak yang berujung pada pemberontakan,
dan tidak juga terlalu rapuh yang berujung pada depresi.
Jadi, jika seorang remaja
memiliki konsep diri yang tepat dan positif mengenai pribadinya, maka
kepribadian remaja tersebut yang ia tampilkan dalam bentuk tingkah lakunya
sehari-hari pun juga akan positif. Ia akan dapat menjadi seorang pribadi yang
memaknai hidupnya dengan penuh kepercayaan diri sebab ia tahu bahwa ia adalah
ciptaan yang berharga dan sempurna, meskipun mereka memiliki kekurangan. Namun
hal itu tidak menjadi sebuah masalah bagi hidupnya, sebab ia sudah berdamai
dengan dirinya sendiri sehingga mampu menerima semua keberadaan dirinya
sebagaimana adanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa yang tidak mudah untuk
dijalani, sebab pada masa ini ada begitu banyak perubahan yang terjadi pada remaja,
baik dalam hal fisik maupun psikisnya. Perubahan-perubahan tersebut seringkali
menjadi masalah bagi remaja, karena sesungguhnya mental mereka belum siap untuk
menerima segala perubahan yang terjadi tersebut ditambah penolakan yang mereka
harus dapatkan. Atau penolakan yang memang telah mereka terima sejak masa
kanan-kanak, sehingga jiwanya yang sakit menjadi semakin matang ketika ia
beranjak dewasa. Masalah-masalah ini memicu remaja untuk melakukan perbuatan
yang menyimpang sebagai bentuk luapan dari jiwa mereka yang sedang terluka.
Untuk itu remaja membutuhkan pemahaman yang benar akan dirinya sendiri beserta
segala keberadaannya.
Untuk mencapai hal tersebut, remaja membutuhkan
sebuah konsep diri yang tepat. Sebab konsep diri berbicara tentang gambaran apa
yang dipahami oleh seseorang terhadap dirinya sendiri. Melalui konsep diri
inilah seorang remaja akan dapat menerima segala kekurangan yang ada pada
kehidupannya bahkan segala masa lalunya yang kelam sekalipun. Ia akan tetap
menjadi seorang pribadi yang tidak terpengaruh terhadap lingkungan maupun
kondisi yang sedang ia hadapi, sebab ia telah mendasarkan konsep dirinya pada
bukan pada fondasi yang rapuh, namun pada kebermaknaan hidup nya. Oleh sebab
itulah memahami konsep diri sangat penting bagi remaja yang bermasalah.
Saran
Menurut pendapat saya, kita perlu memahami seorang
remaja dari segala sisi dalam kehidupannya. Penting untuk mengetahui mengapa
remaja dapat melakukan sesuatu yang menyimpang dari yang sewajar dan seharusnya
dilakukan oleh seorang remaja. Sehingga kita dapat memberikan pertolongan
kepada remaja yang sedang mengalami tekanan dalam jiwanya dan dapat menariknya
keluar dari jurang kehancuran. Memahami jiwa seorang remaja yang sedang terluka
dan mau mendampinginya menyembuhkan setiap lukanya dapat mengubah dunia remaja
tersebut.
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas
masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber dan kritik
yang membangun dari para pembaca.
[1]
Dr. Maxwell Maltz, Kekuatan Ajaib Psikologi Citra Diri (Jakarta:
Penerbit Mitra Utama. 1997) hlm 6
[2]
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan (Bandung: Penerbit PT Refika
Aditama. 2009)
[3]
Dr. Ir. Fu Xie, Dr. Jarot Wijanarko. Citra Diri (Jakarta: Penerbit
Keluarga Indonesia Bahagia, 2017) hlm 8
[4]
Dr. Maxwell Maltz, Kekuatan Ajaib Psikologi Citra Diri (Jakarta:
Penerbit Mitra Utama. 1997) hlm 6
[5]
B. S. Sidjabat, Membesarkan Anak Dengan Kreatif (Yogyakarta: Penerbit
ANDI. 2008) hlm 162
[6]
Drs. Hendra Surya, Percaya Diri Itu Penting (Jakarta: Penerbit PT Elex
Media Komputindo. 2007) hlm 3
[7]
Margaret Hensley, Konsep Diri & Kedewasaan Rohani (Jakarta: Penerbit
Anggota IKAPI. 2006) hlm
[8]
Novi Hadita Larasati, Pengertian Remaja Menurut Para Ahli dan WHO (https://www.diadona.id/family/pengertian-remaja-menurut-para-ahli-dan-who-200530i.html),
diakses pada Kamis, 20 Agustus 2020.
[9]
Pernyatan Akhmad Sudrajat, seorang praktisi pendidikan di Kaugede-Kabupaten
Kuningan pada laman wordpress miliknya (https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/masalah-pada-masa-remaja/)
diakses pada Kamis, 20 Agustus 2020.
[10]
Ktut Dianovinina, 2018, “Depresi pada Remaja: Gejala dan Permasalahannya,” Jurnal
Psikogenesis, volume 6 nomor 1 bulan Juni, halaman 70.
[11]
Pernyataan Komisaris Jenderal Polisi Heru Winarko, Kepala BNN terkait
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja yang dikutip oleh https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/,
diakses pada 26 Agustus 2020.
[12]
Margaret Hensley, Konsep Diri & Kedewasaan Rohani (Jakarta: Penerbit
Anggota IKAPI. 2006) hlm 9
[13]
Ibid
[14]
Giri Wiarto, Psikologi Perkembangan Manusia (Yogyakarta: Penerbit
Psikosain. 2015) hlm 87
[15]
Kharisma Nail Mazaya, Ratna Supradewi, Konsep Diri dan Kebermaknaan Hidup
pada Remaja di Panti Asuhan, Volume
6 (2) 2011, 103-112
[16]
Dayakisni, T dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang. UMM Press
0 Komentar